Rabu, 08 Februari 2012

Sebab-sebab Munculnya Terorisme (Dasar-dasar Pokok Manhaj Terselubung Bag-3)

Tiga : Menjatuhkan vonis terhadap individu atau pihak tertentu sebagai orang-orang kafir (Paham Takfîry).

Masalah menjatuhkan vonis kafir adalah suatu hal yang sangat riskan sekali. Betapa banyak orang yang tergelincir dan sesat pemahamannya karena masalah ini. Tidak terhitung berbagai fitnah yang terjadi, darah suci tidak bersalah yang tertumpah, dan sejumlah prinsip agama yang ternodai karena masalah ini. Bahkan bahayanya juga telah mengganggu para ulama dan wali-wali Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.

Tidaklah darah ‘Utsman bin Affan radhiyallâhu ‘anhu berserakan kecuali karena perbuatan orang-orang khawarij yang memuat pemahaman takfiry. Pemikiran takfiry yang bejat ini telah membuat mereka sangat lancang terhadap ‘Utsman radhiyallâhu ‘anhu yang para malaikat malu kepadanya.

Bayangkan bagaimana rusaknya pemahaman takfiry ini, sehingga ‘Abdurrahman bin Muljim dengan penuh kebencian dan kebejatan berani membunuh ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallâhu ‘anhu saat beliau keluar untuk menunaikan sholat Subuh. Tidak terbatas pada itu saja, penyair Khawarij ‘Imrân bin Hiththôn As-Sadûsy senantiasa memuji sang teroris tersebut. ‘Imran bersenandung,

Wahai tebasan karena ketakwaan, tidaklah ia menghendaki darinya

Selain untuk mencapai keridhoan (Allah) Sang Pemilik Al-Arsy

Sungguh suatu hari aku mengingatnya, kuharapkan pahala baginya

Atau dalam hal kebaikan ia sangat bernilai di sisi Allah.

Dan paham takfiry ini terus berlanjut hingga masa ini, “dan setiap kaum ada pewarisnya”. Paham takfiry yang disebarkan oleh sejumlah tokoh yang telah berlalu penyebutannya benar-benar sangat mewarnai genarasi muda kaum muslimin pada masa ini. Karena itu wajarlah kalau para pelaku terorisme yang mengatasnamakan perbuatannya sebagai bagian agama tidak lepas dari paham takfiry ini.

Sekarang kami mengajak para pembaca untuk mencermati ucapan-ucapan para tokoh hizbiyah tersebut.

‘Abbâs As-Sîsy menukil dari ustadznya, Hasan Al-Banna pendiri gerakan Ikhwanul Muslimun, bahwa ia berkata, “Sekarang ini, kaum muslimin tidak mempunyai seorang imam pun, yakni penguasa muslim. Maka sekarang mari kita melupakan segala sesuatu, dan kita meningggalkan segala sesuatu di depan masalah terbesar, (yaitu) masalah pembebasan tanah Islam.” [1]

Dan murid lainnya yang juga merupakan salah seorang tokoh mereka, yaitu Muhammad Quthub, ia menukil dari Hasan Al-Banna bahwa ia berkata, “Dan apabila seorang penguasa kurang dalam menjaga hukum-hukum ini maka ia tidaklah terhitung sebagai seorang penguasa muslim. Dan apabila pada jajaran negara menelantarkan hal yang penting ini maka ia tidaklah terhitung sebagai negara Islam. Dan apabila suatu jama’ah atau umat meridhoi penelantaran ini dan menyetujuinya maka ia juga tidak terhitung Islamy. Bagaimana pun mereka mengaku akan hal tersebut dengan lisannya.” [2]

Kemudian paham takfiry ini diwarisi oleh Sayyid Quthub yang kemudian mewarnai banyak dari tulisan-tulisannya. Namun Sayyid Quthub punya suatu kelebihan, dimana dia lebih berani dan lebih terang-terangan dalam melemparkan vonis kafir kepada seluruh manusia tanpa terkecuali.

Diantara ucapannya, “Manusia seluruhnya, yang termasuk padanya mereka yang mendengung-dengungkan kalimat-kalimat Lâ Ilâha Illallâh pada telinga-telinga (manusia) di timur dan barat bumi tanpa kandungan dan tanpa realita…, mereka itu lebih berat dosanya dan lebih pedih siksaannya pada hari kiamat. Karena mereka telah murtad dengan beribadah kepada manusia setelah nampak petunjuk terhadap mereka dan setelah mereka dulunya berada dalam agama Allah!” [3]

Dan Sayyid juga berkata, “Sesungguhnya tidak ada di atas permukaan bumi pada hari ini suatu negara Islam dan tidak ada masyarakat Islam yang kaidah mu’amalatnya syari’at Islam dan fiqih Islamy.” [4]

Dan kalimat-kalimat yang seperti ini adalah kebiasaan Sayyid Quthub untuk menunjukkan pemikiran terorismenya. Perhatikan seruannya kepada para pengikutnya untuk meninggalkan jama’ah kaum muslimin (pemerintahan muslim) dan dan meninggalkan ulama, bahkan meninggalkan masjid-masjid mereka, karena ia adalah masyarkat jahiliyah dan tempat peribadatan jahiliyah. Kemudian cermati seruaannya bahwa kehidupan Islamy dan agama Islam tidak ada wujudnya di tengah manusia sehingga tidak ada negara muslim, tidak ada penguasa muslim yang harus dita’ati. [5]

Maka setelah pernyataan-pernyataan di atas apa lagi yang tersisa???

Tidak tersisa kecuali,

seruaan untuk mengadakan kudeta terhadap seluruh penguasa,

semua penguasa muslim yang ada saat ini tidak mesti dita’ati menurut Sayyid,

harus melakukan jihad untuk memunculkan Islam yang telah sirna di atas muka bumi ini,

silahkan melakukan pembunuhan, peledakan, pemboman, dan seluruh aksi terorisme, sebab masyarakat yang ada seluruhnya adalah masyarakat jahiliyah… dan seterusnya.

Na’ûdzu billâhi min dzâlik.

Mungkin ada yang meragukan pernyataan-pernyataan di atas berasal dari Sayyid Quthub. Walaupun keraguan tersebut hanya muncul dari orang-orang yang telah dibutakan mata hatinya, namun kepada mereka yang ragu silahkan bertanya langsung kepada Yusuf Al-Qaradhawy, salah seorang pentolan Ikhawanul Muslimun dan sekaligus pemuja Sayyid Quthub, sebab Al-Qaradhawy dalam kitabnya Ûlâwiyyât Al-Harakah Al-Islâmiyah hal. 110 telah menyebutkan kebenaran paham takfiry tersebut berasal dari Sayyid Quthub. [6]

Dan saya juga tetap mengingatkan ucapan Muhammad Surûr yang telah lalu, dan demkian pula ucapan Salmân Al-‘Audah, Usâmah bin Lâdin dan selainnya dari para pengekor pemikiran Sayyid Quthub dan Hasan Al-Bannâ.

Dan simak juga ucapan ‘Abdurrahman Abdul Khaliq, sang pengacau dakwah di berbagai belahan bumi, dalam suatu pembicaraan yang ia tujukan kepada pengikut dan murid-muridnya, ia berkata, “Dan kita tidak perlu terlalu meluas tentang realita sekarang ini. Sebab setiap sudut darinya terdapat hal yang melukai hati dan memeras jiwa untuk mengeluarkan berbagai kepedihan terhadap umat Islam yang telah menjadi umat-umat (yang berbilang). Dan yang berkuasa terhadap mereka pada hari ini adalah para pencuri yang punya kekuatan, yang telah menjadikan harta, darah dan kehormatan kaum muslimin sebagai barang rampokan mereka serta (menjadikan) agama Allah sebagai sasaran mereka. Dan tidaklah diragukan bahwa ridho terhadap realita ini adalah suatu kekufuran dan kemurtadan, dan condong kepadanya adalah kemunafikan dan kezholiman. Kezholiman manakah yang lebih besar dari menghalang-halangi jalan Allah, menyebarkan kekejian di negeri Islam, beramal supaya kalimat Allahlah yang paling rendah dan meninggikan kalimat kufur dan kebatilan. Dan tidaklah realita yang kita hidupi sekarang kecuali itu.” [7]



[1] Qôfilatul Ikhwânil Muslimîn 1/290. Dengan perantara Naz’atut Takfîr hal. 25 karya DR. Falâh Ismâ’il hafizhohullâh.


[2] Ash-Shohwah Al-Islamiyah hal. 69. Dengan perantara Naz’atut Takfîr hal. 25 karya DR. Falâh Ismâ’il hafizhohullâh.


[3] Fii Zhilâlil Qur’ân 2/1057.


[4] Fii Zhilâlil Qur’ân 4/2122.


[5] Baca seruaan-seruan tersebut dalam bukunya Fii Zhilâlil Qur’ân, Al-‘Adâlah Al-Ijtimâ’iyyah dan lain-lainnya dari buku-buku Sayyid Quthub. Dan periksa kitab Adhwâ` Islâmiyah ‘Alâ ‘Aqîdah Sayyid Quthub.


[6] Baca makalah Syaikh Abdullah bin Sholfiq Azh-Zhufairy hafizhohullâh dengan judul Târîkh Al-Takfîr.


[7] Ushûl Al-‘Amal Al-Jamâ’iy –Al-Qismul Awwal- hal. 65. Dengan perantara Naz’atut Takfîr hal. 29 karya DR. Syaikh Falâh Ismâ’il hafizhohullâh.

http://jihadbukankenistaan.com/terorisme/148.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar