Rabu, 08 Februari 2012

KAJIAN ILMIYAH TENTANG KEDUA ORANG TUA NABI (menjawab syubuhat syi’ah 2)

Mungkin bagi sebagian pembaca heran dengan tema yang kami sajikan dalam kesempatan kali ini, masak sih orang tua nabi mati musyrik?! Tentunya yang namanya mati musyrik pasti tempatnya di neraka. Terasa berat kami untuk menjawabnya, akan tetapi inilah kenyataan yang harus kami jelaskan, agar kaum muslimin paham dan tidak tertipu dengan syubuhat-syubuhat yang dilontarkan oleh para pengusung paham sesat. Dengan slogan “membela ahlu baitin nabi shalallahu ‘alaihi wasallam” segala carapun dihalalkan, dari menafsirkan ayat seenak perutnya, memahami hadits dengan hawa nafsu bahkan membuat hadits-hadits palsu atau dengan melontarkan syubuhat-syubuhat dan memolesnya dengan kata-kata indah agar para awam tertipu. Bi’sa ma kaanu yaf’aluun.

Akan tetapi, bagaimana sih sikap islam sebenarnya? Bukankah agama ini telah sempurna? Nah bagi para pencari kebenaran yang hakiki berikut ini kami hadirkan beberapa hadits yang berkaitan dengan pembahasan kita kali ini. Selamat membaca dengan mata dan hati yang terbuka



Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda di dalam beberapa haditsnya yang shahih tentang keadaan kedua orang tua beliau sendiri, diantaranya adalah:

2. Hadits yang diriwayatkan Al Imam Muslim di dalam “Shahihnya” (203), Abu Daud “As Sunan” (4718), Ibnu Hibban “As Shahih” (578), Al Baihaqi “Sunanul Kubro” (13856), Ahmad “Al Musnad” (7/13861), Abu ‘Awanah “Al Musnad” (289), Abu Ya’la Al Mushili “Al Musnad” (3516), dari Anas bin Malik radhiallahu anhu:

أن رجلا قال: يا رسول الله! أين أبي؟ قال: “في النار” فلما قفي دعاه فقال: “إن أبي وأباك في النار”.

“Bahwasanya seseorang bertanya: “wahai Rasulullah! Dimana ayahku? Beliau menjawab: “di neraka” ketika orang tersebut beranjak pergi, beliau memanggilnya dan berkata: “Sesungguhnya ayahmu dan ayahku di neraka.”

2. Hadits yang diriwayatkan Al Bazzar di dalam “Al Musnad” (2/1089), At Thabarani “Al Mu’jamul Kabir” (1/326), Ibnu Qudamah Al Maqdisi “Al Ahadits Al Mukhtarah” (1005) dari Sa’ad bin Abi Waqqash:

أن أعرابيا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله أين أبي قال في النار قال فأين أبوك قال حيث ما مررت بقبر كافر فبشره بالنار

“Bahwasanya Seorang badui mendatangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kemudian bertanya: Wahai Rasulullah! Dimana ayahku? Beliau menjawab: “di neraka”, kemudian dia bertanya lagi: dimana ayahmu? Beliau menjawab: “Setiap kali kamu melewati kuburan orang kafir maka berilah kabar gembira dia dengan neraka.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam “As Sunan” (1/1573) dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma dengan tambahan: “Wahai Rasulullah! Dahulu ayahku penyambung silaturahmi dan dia…dan dia…(kemudian dia menyebutkan beberapa kebaikannnya), dimana dia? (kemudian Rasulullah menjawab dengan jawaban diatas…..”

Berkata Abu Bakr Al Haitsami di dalam kitabnya “Majmu’ Az Zawa’id” setelah menyebutkan hadits diatas: “para perowinya, perowi Shahih Bukhari.”

3. Hadits yang diriwayatkan Muslim di dalam “Shahihnya” “Kitabul Janaiz bab Isti’dzanun Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam rabbahu ‘azza wajalla Fii Ziyaroti Qabri Ummihi” (976), Ibnu Hibban “As Shahih” (3169, Ibnu Majah “As Sunan” (1572) Al Baihaqi “Sunanul Kubro” (6949,6984,13857), Abu Bakr bin Abi Syaibah “Al Mushannaf” (11807) dan Abu Ya’la “Al Musnad” (6193), dari Abu Hurairah radhiallahu anhu:

استأذنت ربي أن أستغفر لأمي فلم يأذن لي واستأذنته أن أزور قبرها فأذن لي

“Aku meminta ijin kepada Rabbku (Allah) untuk memintakan ampunan untuk ibuku, akan tetapi Dia tidak mengijinkanku, dan aku meminta ijin untuk menziarahi kuburnya, maka Dia mengijinkanku.”.

Didalam riwayat lain disebutkan: “Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menziarahi kuburan ibunya kemudian beliau menangis maka menangislah para shahabat seluruhnya, beliau berkata:… (kemudian beliau menyebutkan lafadz diatas) dan melanjutkan: “Hendaklah kalian berziarah kubur, karena ziarah kubur akan mengingatkan kematian.”

Berkata Syamsul Haq Al ‘Adzim Abadi di dalam kitabnya “‘Aunul Ma’bud” (9/Bab Fii Ziyarotil Qubur): “(perkataan nabi) “akan tetapi Dia tidak mengijinkanku” ini disebabkan dia (Aminah) mati dalam keadaan kafir, maka tidak boleh memintakan ampun untuk orang kafir (yang sudah mati).”


pernyataan para ulama’

1. Al Imam Al Baihaqi berkata di dalam kitab beliau “Dalailun Nubuwah” (1/192-193) setelah menyebutkan sejumlah hadits-hadits yang menunjukan bahwa kedua orang tua Nabi di neraka: “Bagaimana keduanya tidak mendapatkan sifat yang demikian di akhirat, sedang mereka menyembah patung-patung sampai mereka mati, dan mereka tidak beragama dengan agamanya Nabi Isa alaihis salam, …………”.

Dan di dalam “As Sunanul Kubro” (7/190) beliau berkata: “Kedua orang tua beliau adalah Musyrik” kemudian beliau menyebutkan dalil-dalilnya.

2. Al Imam Ath Thabari menyebutkan di dalam “Tafsirnya” ketika menjelaskan firman Allah subhanahu wata’ala: {ولا تسأل عن أصحاب الجحيم} “kamu tidak akan ditanya tentang para penghuni jahannam”(Al Baqarah:119). Dan kedua orang tua beliau termasuk diantaranya (Tafsir Ath Thabari 1/516).

3. Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i berkata ketika menjelaskan hadits “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka”. Hadits ini mengandung faidah bahwa siapa saja yang mati dalam keadaan kafir, maka ia termasuk dari penduduk neraka, tidak akan bermanfaat pembelaan orang yang membela, dan barang siapa yang mati pada masa fathrah (kosongnya masa kenabian) dari para penyembah berhala, maka dia termasuk dari penghuni neraka, ini bukan dikarenakan belum sampai kepada mereka dakwah akan tetapi telah sampai kepada mereka da’wah Ibrahim dan Nabi-Nabi setelahnya shalatullah wa salamullahu alaihim. (Syarhun Nawawi:1/79).

4. Berkata Al ‘Adzim Abadi di dalam “Aunul Ma’bud” ketika menjelaskan hadits”فلم يأذن لي ” “Allah tidak mengijinkanku untuk memintakan ampunan untuk ibuku”: “Karena ibunya adalah kafir, dan memintakan ampunan untuk orang kafir (yang sudah mati) adalah dilarang…dan di dalam hadits ini terdapat faidah bolehnya ziarah kekuburan orang musyrikin dan larangan untuk memintakan ampunan untuk orang kafir (yang sudah mati).”

5. Al Imam Al Qori’ menukilkan Ijma’ para Ulama’ salaf (yang terdahulu dari kalangan shahabat,tabiin dan tabiut tabiin) dan khalaf (setelah shahabat,tabi’in dan tabi’ut tabi’in) bahwa kedua orang tua Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam termasuk dari penghuni neraka, dia berkata: “Telah bersepakat para Ulama’ salaf dan khalaf, imam yang empat (Imam Malik, Ahmad, syafi’I, Abu Hanifah) dan seluruh mujtahidiin bahwa kedua orang tua Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam akan masuk neraka……..

6. Al Imam Al Baidhawi ketika menafsirkan ayatولا تسأل berkata: “Al Imam Nafi’ dan Ya’qub membacanya dengan huruf ta’ berharokat fathah yang artinya: “Janganlah kamu bertanya tentang penghuni neraka”. Ini adalah larangan terhadap beliau shalallahu ‘alaihi wasallam untuk bertanya tentang keadaan kedua orang tua beliau”. (Tafsir Al Baidhawi 1/185)



Masih banyak lagi hujjah-hujjah yang lainnya yang menunjukkan bahwa kedua orang tua Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mati kafir dan termasuk penghuni neraka kekal di dalamnya. Akan tetapi kita cukupkan sampai disini dulu.

Mungkin ada yang menyatakan: bahwa orang-orang yang mengatakan kedua orang tua Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam di dalam neraka adalah orang-orang yang tidak memiliki adab kepada beliau shalallahu ‘alaihi wasallam !!! Untuk syubuhat yang satu ini Insya Allah akan kita kupas pada pembahasan yang akan datang,. Wallahu a’lam



Penutup

Diantara akhlak seorang mukmin dan mukminah adalah menerima terhadap ketentuan Allah dan rasul-Nya dengan sepenuhnya. Allah berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً

“Dan tidaklah pantas bagi seorang mukmin dan mukminah apabila Allah dan rasul—-Nya telah menetapkan suatu ketetapan untuk memilih yang lain dari urusan mereka. Barangsiapa yang menentang Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata” (QS Al Ahdzab:36)

Dan diantara yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah apa yang telah kami sebutkan di atas berupa hadits-hadits shahih dengan penjelasan para ulama’ bahwa kedua orang tua beliau mati musyrik. Inilah adab seorang mukmin. Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam bish shawab



Di nukil dari kitab Adillah Mu’taqad Abi Hanifah Al A’zham fii Abawai Ar Rasul ‘Alaihis Shalatu Wasallam. Dengan penambahan yang tidak merubah makna.

http://haulasyiah.wordpress.com/2007/07/12/kedua-orang-tua-nabi-mati-musyrik-menjawab-syubuhat-syiah-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar