Rabu, 08 Februari 2012

MELURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG SHAHABAT MU’AWIYAH RADHIALLAHU ‘ANHU (BAG:3)

2. KAJIAN TUNTAS HADITS:
“Ya Allah, jadikanlah dia (Mu’awiyah) seorang yang bisa memberikan petunjuk dan seorang yang diberi petunjuk dan berikanlah hidayah (kepada manusia) melaluinya.”

Penyakit kedua
Berkata Ibnu Jakfari: Hadis kedua yang juga disebutkan at-Turmudzi pada sanadnya terdapat periwayat bernama Amr ibn Wâqid ad Dimasyqi, ia matrûkul hadîts (hadisnya dibuang).
Penyebutan status seperti di atas hanya benar disematkan untuk seorang periwayat yang banyak meriwayatkan hadis-hadis ngawur yang tidak benar di kalangan para ahli hadis.

Jawab: Terlebih dahulu kita lihat komentar para ulama’ tentang Amr bin Waqid.
Berkata Dahim: “Para masyayikh kami tidak pernah meriwayatkan darinya”, dia juga Berkata: “Tidak diragukan lagi kalau dia berdusta”
Berkata Abdullah bin Ahmad: “Muhammad bin Mubarak Ash-Shuri tidak pernah meriwayatkan darinya sampai meninggal”
Berkata Marwan Ah-Thathari: “Amr bin Waqid Pendusta”
Berkata Abu Hatim: “Lemah, munkarul hadits”
Berkata Bukhari dan Tirmidzi: “Munkarul hadits”
Berkata Nasa’I, Daraquthni dan Barqani: “matrukul hadits”
semuanya disebutkan Ibnu Hajar dalam “Tahdzibut Tahdzib” ketika menyebutkan biografi Amr bin Waqid.

Perlu diketahui bahwa diantara cara yang biasa ditempuh ahlul hadits (pakar hadits) sebelum menghukumi sebuah hadits adalah jam’ul asanid (mengumpulkan seluruh sanad-sanad) dari berbagai sumber yang bisa dijadikan rujukan. Akan tetapi berbeda dengan “Ahlul hadits” yang satu ini. Di dalam blog yang dikelolahnya dengan gaya yang cukup meyakinkan dia melemahkan hadits ini hanya dengan melihat sanad yang diriwayatkan Tirmidzi dan bersandar dengan perkataan Al-Mubarakfuri, tanpa mengindahkan sanad-sanad lainnya dan komentar para ulama’ yang lebih berilmu dan lebih banyak jumlahnya sebagaimana yang telah kami sebutkan dalam edisi yang lalu.

Dalam kesempatan ini kami akan menyebutkan beberapa sanad hadits ini yang dengan itu baru kita dapat mengetahui apakah hadits ini sesuai dengan yang disebutkan Ibnu Jakfari ataukah tidak:

Sanad pertama, diriwayatkan Tirmidzi dalam sunannya:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِرٍ عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عُمَيْرَةَ……

Sanad kedua, diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ بَحْرٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمِيرَةَ الْأَزْدِيِّ …..

Sanad ketiga, Ibnu Abi ‘Ashim dalam Al-Ahad wal Matsani:
حدثنا محمد بن عوف ، نا مروان بن محمد ، وأبو مسهر قالا : نا سعيد بن عبد العزيز ، عن ربيعة بن يزيد ، عن عبد الرحمن بن أبي عميرة…..

Sanad keempat, diriwayatkan Thabarani dalam Mu’jamul Ausath:
حدثنا أحمد قال : نا أبو الفتح نصر بن منصور ، عن بشر بن الحارث الحافي قال : حدثني زيد بن أبي الزرقاء قال : نا الوليد بن مسلم ، عن سعيد بن عبد العزيز ، عن يونس بن ميسرة بن حلبس ، عن عبد الرحمن بن أبي عميرة….

Sanad kelima, diriwayatkan Abu Nu’aim dalam Ma’rifatush Shahabah:
حدثنا سليمان بن أحمد ، ثنا أبو زرعة الدمشقي ، ثنا أبو مسهر ، ثنا سعيد بن عبد العزيز ، عن ربيعة بن يزيد ، عن عبد الرحمن بن أبي عميرة…..

Sanad keenam, diriwayatkan Thabarani dalam Musnad Syamiyyin:
حدثنا عبدان بن أحمد ، ثنا علي بن سهل الرملي ، ثنا الوليد بن مسلم ، عن سعيد بن عبد العزيز ، عن يونس بن ميسرة بن حلبس ، عن عبد الرحمن بن عمير المزني…

Mari coba kita lihat semua sanad-sanad diatas:
RIWAYAT TIRMIDZI, IBNU ABI ‘ASHIM DAN ABU NU’AIM MELALUI:
1. Abu Mushir, dari
2. Sa’id bin Abdil Aziz, dari
3. Rabi’ah bin Yazid, dari
4. Abdurrahman bin Umairah, shahabat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.

RIWAYAT AHMAD DAN THABARANI DALAM MU’JAMUL AUSATH MELALUI:
1. Walid bin Muslim, dari
2. sama dengan diatas

RIWAYAT IBNU ABI ‘ASHIM MELALUI:
Riwayat Abu Mushir ditemani dengan Marwan bin Muhammad, selanjutnya sama dengan riwayat diatas.

RIWAYAT THABARANI DALAM MUSNAD SYAMIYYIN disebutkan bahwa Sa’id bin Abdil ‘Aziz meriwayatkan dari Yunus bin Maisarah bin Halbas dari Abdurrahman bin Umair Al-Muzani.

Tidak satupun sanad-sanad diatas melalui jalur Amr bin Waqid. Maka selamatlah hadits ini dari cacat yang disebutkan Ibnu Jakfari. Dan dengan ini pula kita tahu bahwa hadits ini shahih sebagaimana yang disebutkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam kitabnya Silsilah Ahadits Shahihah.

Setelah keterangan singkat di atas, maka tidaklah heran apabila kaum syi’ah tetap saja bersemangat mengkaburkan hadis-hadis keutamaan para shahabat.. Na’udzubillahi min dzlik
Akhir kata, kami tutup tulisan ini dengan wasiat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang mulia:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي
“Janganlah kalian mencela para shahabatku” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sini juga kita ketahui bahwa kecintaan syi’ah terhadap nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan ahlul baitnya adalah kecintaan dusta karena mereka tidak pernah mengamalkan wasiat-wasiat nabi yang tercantum dalam hadits-haditsnya.

http://haulasyiah.wordpress.com/2008/04/02/94/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar