Rabu, 08 Februari 2012

Solusi Menghadapi Terorisme (Solusi 3-5)

Tiga : Komitment terhadap Jama’ah kaum muslimin dan Imam mereka.

Jama’ah kaum muslimin adalah kaum muslimin dibawah kepemimpinan seorang Imam (penguasa) muslim dalam sebuah negara.

Dan sudah merupakan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta‘ala bahwa letak kebahagiaan dan kesejahteraan manusia adalah bila mereka bersatu di bawah seorang pemimpin, yang tanpa hal tersebut pasti akan berlaku hukum rimba, dimana yang lemah menjadi mangsa yang kuat. Allah ‘Azza wa Jalla menegaskan,

“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS. Al-Baqarah : 251)

Berkata Ibnul Mubarak (w. 181 H) rahimahullah, “Sebagai rahmat dan kemurahan-Nya, Allah menolak masalah yang rumit dari agama kita dengan penguasa. Andaikata bukan karena penguasa niscaya tidak akan ada jalan yang aman bagi kita, dan yang lemah dari kita pasti menjadi mangsa bagi yang kuat.” [1]

Dan Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam telah menegaskan bahwa komitment terhadap Jama‘ah kaum muslimin dan Imam mereka adalah salah satu jalan keselamatan pada saat terjadi berbagai fitnah yang membahayakan kaum muslimin, sebagaimana diterangkan dalam hadits Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِيْ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّا كُنَّا فِيْ جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيْهِ دَخَنٌ قَلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِيْ تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِيْ إِنْ أَدْرَكَنِيْ ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجْرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

“Manusia bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alahi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan saya bertanya kepada beliau tentang kejelekan, saya khawatir kejelekan itu akan menimpaku, maka saya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu dalam kejahiliyaan dan kejelekan, kemudian Allah mendatangkan kepada kami kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini akan ada kejelekan?” Beliau menjawab, “Iya.” Kemudian saya bertanya, “Apakah setelah kejelekan itu ada kebaikan,” Beliau menjawab, “Iya, dan telah ada asapnya.” Saya bertanya, “Apakah asapnya?” Beliau menjawab, “Suatu kaum yang mengambil petunjuk selain dari petunjukku, ada yang engkau anggap baik dari mereka dan ada yang engkau ingkari.” Kemudian saya bertanya, “Apakah setelah kebaikan itu ada kejelekan.” Beliau menjawab, “Iya, da’i-da’i yang menyeru ke pintu-pintu neraka jahannam, siapa yang menjawab seruan mereka, maka mereka akan melemparkannya ke dalamnya.” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, sifatkanlah mereka kepada kami?” Beliau menjawab, “Mereka adalah dari kulit kita juga dan berbicara dengan lisan-lisan kita.” Saya berkata, “Apa perintahmu kepadaku jika saya mendapati hal tersebut?” Beliau bersabda, “Engkau komitmen terhadap Jama’ah kaum muslimin dan Imam mereka.” Saya berkata, “Jika kaum muslimin tidak mempunyai Jama‘ah dan Imam.” Beliau berkata, “Tinggalkan seluruh firqoh-firqoh (kelompok-kelompok) tersebut, walaupun engkau harus menggigit akar pohon hingga kematian menjemputmu dan engkau di atas hal tersebut.” [2]

Empat : Menanamkan pemaham ketaatan kepada penguasa dalam hal yang ma’ruf.

Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kalian.” (QS. An-Nisa` : 59)

Dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكَ السَمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْ عُسْرِكَ وَيُسْرِكَ وَمَنْشَطِكَ وَمَكْرَهِكَ وَأَثَرَةٍ عَلَيْكَ

“Wajib atas kamu untuk mendengar dan taat baik dalam keadaan sulit maupun mudah, bersemangat atau terpaksa, walaupun ia berlaku sewenang-wenang terhadap kamu.” [3]

Dan dalam hadits lain, beliau menyatakan,

اسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا وَإِنِ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبْشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيْبَةٌ

“Mendengarlah dan taatlah walaupun dijadikan penguasa atas kalian seorang budak Habasyi seakan-akan kepalanya adalah kismis (anggur kering).” [4]

تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلْأَمِيْرِ وَإِنْ ضَرَبَ ظَهْرَكَ وَأَخَذَ مَالَكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

“Kamu mendengar dan taat kepada penguasa walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka dengar dan taatlah.” [5]

Dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda,

إِنَّهَا سَتَكُوْنُ بَعْدِيْ أَثَرَةٌ وَأُمُوْرٌ تُنْكِرُوْنَهَا قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَأْمُرُنَا ؟ قَالَ : تُؤَدُّوْنَ الْحَقَّ الَّذِيْ عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الَّذِيْ لَكُمْ

“Sesungguhnya sepeninggalku akan terjadi kesewenang-wenangan dan banyak perkara yang kalian ingkari. Mereka (shahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah apa yang engkau perintahkan pada kami?” Beliau menjawab, “Tunaikanlah kewajiban atas kalian (terhadap penguasa) dan mintalah hak kalian pada Allah.” [6]

Dan hadits-hadits dalam hal ini mutawatir, diriwayatkan dari puluhan shahabat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam.

Karena itu salah prinsip dasar syari‘at Islam adalah taat kepada penguasa dalam hal yang ma’ruf berdasarkan nash-nash di atas dan kesepatakan para ulama dari dahulu hingga sekarang.

Dan tidak diragukan bahwa prinsip dasar ini merupakan salah satu tonggak kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia. Dan dengannya akan tercipta keamanan dan kejayaan suatu negara.

Sebaliknya, menelantarkan prinsip yang agung ini adalah sebab malapetaka dan kehancuran yang tengah melanda umat pada banyak negara Islam pada hari-hari ini.

Lima : Mendekatkan umat kepada para ulama mereka.

Allah Al-Hakîm Al-‘Alîm mengisahkan tentang Qarun dalam firman-Nya,

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, “Celakalah kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang bersabar. Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS. Al-Qashosh : 79-81).

Karena itulah Imam Hasan Al-Bashry (w. 110 H) berkata, “Sesungguhnya bila fitnah itu datang akan diketahui oleh setiap ‘alim (ulama), dan apabila telah terjadi, barulah orang-orang yang jahil mengetahuinya.” [7]

Dan penyelesaian masalah-masalah besar yang menimpa umat adalah kembali kepada ulama,

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (QS. An-Nisa` : 83)

Dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menyatakan,

الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ

“Berkah itu bersama orang-orang tua (ulama) kalian.” [8]

Dan ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menjelaskan suatu hakikat yang telah terbukti di berbagai masa setelahnya,

لاَ يَزَالُ النَّاسُ صَالِحِيْنَ مُتَمَاسِكِيْنَ مَا أَتَاهُمُ الْعِلْمُ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَمِنْ أَكَابِرِهِمْ فَإِذَا أَتَاهُمْ مِنْ أَصَاغِرِهِمْ هَلَكُوْا

“Manusia masih akan senantiasa sebagai orang yang sholeh lagi berpegang teguh (kepada agamanya) sepanjang ilmu datang kepada mereka dari para shahabat Muhammad shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam dan orang-orang tua (ulama) mereka. Maka apabila (ilmu) datang kepada mereka dari orang-orang kecil maka binasalah mereka.” [9]



[1] Dibahasakan secara bebas dari dua bait syair beliau yang masyhur dalam buku-buku yang memuat biografi beliau.


[2] Diriwayatkan oleh Al-Bukhary no. 3606, 7084 dan Muslim no. 1847.


[3] Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu riwayat Muslim no. 1836 dan An-Nasa`i 7/140.


[4] Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu riwayat Al-Bukhary no. 693, 696, 7142 dan Ibnu Majah no. 2680.


[5] Hadits Hudzaifah radhiyallahu ‘anhuma riwayat Muslim no. 1837 dan Abu Daud no. 4244.


[6] Hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu riwayat Al-Bukhary no. 3603, 7052, Muslim no. 1843 dan At-Tirmidzy no. 2195.


[7] Dikeluarkan oleh Al-Bukhary dalam Tarîkh-nya 4/321 dan Ibnu Sa‘ad dalam Ath-Thobaqat 7/165-166.


[8] Telah berlalu takhrijnya.


[9] Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhud, ‘Abdurrazzaq dan lain-lainnya. Lihat takhrîjnya dalam kitab Madarik An-Nazhor hal. 161 karya Syaikh ‘Abdul Malik Ramadhôny.

http://jihadbukankenistaan.com/terorisme/solusi-menghadapi-terorisme-solusi-3-5.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar